Wednesday, June 30, 2010

Telur tetas puyuh petelur, peluang usaha baru

Kendala bagi peternak pemula saat ini adalah sulitnya mencari pasokan DOQ/kuthuk puyuh pada saat harga puyuh tinggi. sebabnya adalah sampai kini belum ada perusahaan besar yang memproduksi DOQ secara besar-besaran sebagaimana pada ayam ras. Karena breeder/penetas yang ada sekarang masih berskala kecil, maka saat pesanan DOQ melonjak akan terjadi kekurangan stok sehingga harga DOQ naik. Itu pun, untuk memperoleh DOQ harus indent/pesan dulu, bahkan bisa sampai satu atau dua bulan.

Kendala ini sebenarnya bisa menjadi peluang bagi peternak puyuh yang sudah berpengalaman memelihara puyuh petelur konsumsi. Saat ini berkesempatan memperluas usahanya dengan memproduksi telur puyuh tetas.

Meski syarat-syarat kebersihan dan penjagaan puyuhnya menjadi lebih ketat, namun dengan ketekunan tidak ada hal yang tidak mungkin. apalagi jika dapat menetaskan sendiri telur-telur tersebut. Lebih dari itu, setidaknya untuk menjadi penetas, sebaiknya belajar dari penetas lain karena ada banyak hal yang harus diketahui. atau setidaknya anda membaca buku khusus tentang penetasan.

Tuesday, June 29, 2010

faktor penyebab berkembangnya peternakan puyuh

Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan ternak puyuh ini sangat pesat adalah:
  1. Dapat dijadikan usaha pokok maupun sampingan.
    Dalam jumlah banyak, puyuh dapat dijadikan tumpuan penghasilan bagi pemiliknya. Berdasar pengalaman peternak puyuh, skala pemeliharaan ekonomis minimal adlah 5.000 ekor. Jika hanya untuk mencari penghasilan tambahan, maka dengan memelihara 2000 ekor rata-rata didapatkan keuntungan bersih Rp. 20.000 per hari. Tentu saja sebagaimana bisnis lainya, naik turun dan untung rugi adalah hal yang biasa, seiring naik turunya harga sarana produksi maupun harga produknya (telur, dan daging) dipasar.

  2. Dapat menjadi usaha keluarga.
    dalam menjalankan usaha ini, sebenarnya cukup dengan melibatkan anggota keluarga. Sebab, dengan demikian biaya tenaga kerja menjadi nol. Apalagi penanganan budidaya puyuh tidak menyita waktu dan cukup mudah dilakukan sendiri. Selain itu, dari sisi pendidikan hal ini juga baik untuk menanamkan rasa tanggung jawabanggota keluarga, terutama anak-anak, baik kepada ternaknya, kelangsungan usaha, dan lebih-lebih kepada pendapatan keluarga. Selain itu, usaha ini akan mendidik anggota keluarga terutama anak-anak untuk memiliki sumbangsih kepada keluarga dengan melatih kemandirian dan kewirausahaan.

  3. Tidak membutuhkan lahan yang luas.
    Untuk memelihara puyuh 2000-2500 ekor, hanya diperlukan ruangan berukuran 6X4 M2 saja. Untuk memelihara puyuh bisa saja memanfaatkan teras yang dimodifikasi, bekas gudang atau ruang belakang rumah pada rumah tradisional dipedesaan yang biasanya berukuran besar yang tak dimanfaatkan.

Monday, June 28, 2010

Pasar daging dan telur puyuh masih terbuka lebar

Permintaan telur dan daging puyuh biasanya meningkat seiring dengan siklus liburan, hari raya keagamaan. Di jawa, permintaan juga meningkat saat bulan baik seperti Dzulhijah, dan Mulud yang didalamnya banyak orang melaksanakan pesta pernikahan dan kenduri. Kebalikanya, pada bulan Muharaam atau Suro semua permintaan turun drastis karena dianggap tabu untuk berpesta.

Tidak seperti perdagangan ayam ras yang mempunyai mata rantai atau jaringan pemasaran yang cenderung tertutup, pasar telur dan daging puyuh amat terbuka. Bagi peternak mandiri, peternak bisa langsung menjual telurnya dipasar. Bahkan disentra-sentra peternakkan puyuh, setiap hari pedaganga telur selalu keliling sendiri untuk mengambil telur-telur dari peternak. Jika didaerah anda belum ada, maka lambat laun jika usaha budidaya puyuh didaerah anda berkembang pesat pasti akan ada pedagang yang datang sendiri.

Pasar telur puyuh juga menjanjikan karena telur puyuh sangat digemari masyarakat Indonesia. Hitung saja, berapa banyak jenis makanan yang menggunakan telur puyuh sebagai salah satu bahanya. Yang paling populer saat ini adalah sate telur puyuh yang dijual di warung.

Begitu pula pedagang sayur keliling, pasti menyediakan telur puyuh matang (rebus) yang dikemas dalam kantong plastik kecil. Bahkan kini muncul fenomena penjual makanan kecil berupa telur puyuh goreng/dadar disekolah-sekolah. Mereka menjajakanya dengan sepeda yang dilengkapi kotak kayu berisi kompor dan wajan kecil.

Sunday, June 27, 2010

Sentra peternakan puyuh

Di jawa tengah-DIY sentra peternakan puyuh berada di Yogyakarta, Surakarta (Boyolali, Karanganyar dan Sukoharjo), Wonogiri, Klaten, Sragen, Magelang dan Pantura termasuk Salatiga. Sementara itu di Jawa barat, selain Sukabumi sebagai sentra terbesar, produsen puyuh juga tumbuh di Bogor, Bekasi dan Cianjur. Satu lagi yang tak boleh di abaikan, Blitar sebagai sentra puyuh utama Jawa Timur.

Pada 2002 produksi telur puyuh dijogjakarta mencapai 12 jta butir/minggu yang dihasilkan dari 2,4 juta ekor puyuh. Pada tahun yang sama, sukabumi hanya menghasilkan 9,5 juta butir/minggu. Namun sayang, angka itu terus merosot karena turunya populasi akibat serangan wabah Avian Influenza(AI)/ flu burung tahun 2003-2004.

Pada bulan mei 2007, populasi puyuh Jogjakarta kurang lebih 1 juta ekor dengan produksi telur mencapai 4,5 juta butir/minggu dan diharapkan akan meningkat menjadi 5,5 juta butir pertengahan hingga akhir 2007. Dengan produksi sebesar itu harga terdongkrak naik karena permintaan tak terpenuhi. Peternak yang dulu mengosonglkan kandangnya karena lesunya pasar akibat isu flu burung pun kini mulai memelihara kembali. Akibatnya pada mei 2007 pasaran kekurangan stok kuthuk (DOQ) sebanyak 20.000 ekor per minggu, karena dari permintaan 70.000 ekor per minggu pihak breeder/pembibit hanya mampu memenuhi 50.000 ekor/minggu.

Saturday, June 26, 2010

Gambaran Umum Burung puyuh

Puyuhmempunyai kemampuan untuk mengahsilkan keturunan 3-4 generasi per tahun. Puyuh juga mempunyai siklus hidup yang relatif pendek dan mulai bertelur pada umur 45 hari. Selain itu, pertumbhan dan perkembanganya sangat cepat. Produksi telur puyuh mencapai 130-300 butir per tahun dengan rata-rata berat badan puyuh betina yang hanya sekitar 120 gram saja. Setiap hari puyuh dewasa hanya menghabiskan pakan sebesar 20-22 gram pakan.

Pada awlnya, umumnya puyuh dipelihara untuk menghasilkan daging dan telurnya. Rasa khas burung menjadikan daging puyuh memiliki penggemar tersendiri. Begitu pula rasa telurnya yang tidak bisa disamakan dengan rasa telur ayam.

Pada pertengahan tahun 80 an mulailah dicoba spesialisasi tujuan pemeliharaan puyuh yang dibedakan antara pedaging dan petelur. Namun akhirnya puyuh pedaging tenggelam karena kebutuhan daging puyuh sampai saat ini masih bisa dicukupi dari puyuh apkir. Apalagi, harga puyuh afkir jauh lebih murah ketimbang puyuh yang memang dipiara untuk pedaging. Sebab, pada perhitungan ekonomi puyuh petelur, puyuh afkir hanya dihargai sedikit lebih mahal daripada DOQ (Day Old Quail) alias Kuthuk puyuh.

Friday, June 25, 2010

Domestikasi burung puyuh

Puyuh yang terkenal dan diternakan di Indonesia adalah coturnix coturnix japonica. Jenis puyuh ini tersebar luas di Eropa, Asia dan Afrika sebagai burung yang berpindah-pindah. Di china puyuh ini ditangkap dan dijinakan. Sekitar abad ke 11, jepang mengimpor puyuh dari dari china melalui korea dan baru sekitar tahun 1920 dan 1941 menjadi popular sebagai penghasil daging dan telur. Selama penjajahan jepang, puyuh dibawa ke korea, china dan taiwan, hongkong dan Indonesia. dan tersebar luar di asia tenggara.

Di indonesia sendiri, puyuh mulai dikenal dan diternakan mulai akhir tahun 1979. Sebagaimana di Amerika, waktu itu pemerintah memasukkan ras puyuh jepang karena sifatnya yang mudah diternakan. Selain itu, secara umum beternak puyuh tidak membutuhkan moddal besar sebagaimana pada ayam, juga tidak butuh tempat yang luas karena tubuhnya yang mungil.

Untuk mempercepat perkembanganya, pemerintah memberikan paket-paket bantuan bagi peternak yang mau memelihara puyuh. Saat itu, langkah ini juga merupakan salah satau sarana untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa. Setelah itu mulailah peternak berbondong-bondong mengembangbiakannya, apalagi setelah melihat bahwa telur dan daging puyuh sangat laku dipasaran karena rasanya yang khas.

Thursday, June 24, 2010

Cerita tentang burung puyuh

Sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu, puyuh telah dikenal oleh manusia sebagai burung buruan. Puyuh liar biasanya hidup disemak-semak pinggir hutan dan padang rumput. Dijawa, puyuh dikenal dengan nama gemak dan masih bisa ditemukan disawah yang ditanami palawija dan tegalan (ladang) sehingga sering diburu oleh pemburu liar untuk diambil telur atau dagingnya. Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu.

Di Amerika, puyuh dinakam Quail. Puyuh merupakan hewan buruan yang dapat ditemukan di seantero Amerika. Bahkan berburu puyuh merupakan suatu hobi resmi yang memiliki penggemar tersendiri, sebagaimana pemburu babi hutan maupun kelinci. Puyuh boleh diburu dengan leluasa karena merupakan burung yang mudah berkembang biak. Hal ini ditandai dengan produksi telurnya yang banyak dan sifatnya yang pandai mengeram. Meskipun demikian pemerintah amerika tetap mengawasi kelestarian kehidupan puyuh di alam bebas.

Di Amerika, dikenal 3 genus puyuh yang berbeda-beda, yaitu Coturnix, Laphortyx dan Collinus. Puyuh yang biasa diternakan di indonesia adalah Coturnix atau nama kerenya puyuh jepang (coturnix coturnix japonica). Jenis ini dikembangbiakan sebagai puyuh petelur atapun pedaging dengan kandang intensif. Di Jawa, banyak ditemui jenis puyuh liar tegalan loreng Turnix succiator. Didaerah sunda dikenal puyuh gonggong Jawa (Arborophila javanica). Arborophila hyperthara dijumpai dikalimantan, yang dalam bahasa setempat disebut puyuh gonggong kalimantan.

Laphortyx californicus (puyuh california) dan collinus virgianus (puyuh bob white) dari amerika utara lebih banyak dipelihara untuk hobi dan konservasi (penangkaran untuk dilepas kembali ke alam bebas). Kedua jenis puyuh ini biasanya dipelihara dengan dilepaskan dihalaman, kebun ataupun area khusus yang dibuat mirip habitat aslinya.

Tuesday, June 22, 2010

Peluang usaha, ternak puyuh petelur

Keluarga didaerah tropis, seperti di indonesia, pada umumnya harus mampu berperan untuk menyediakan kebutuhan pangan bagi diri mereka sendiri. Musababnya, pendapatan keluarga pada umumnya sedikit namun kebutuhan yang harus dipenuhi demikian banyak. Sementara pemerintah tidak memiliki cukup sumber daya guna memenuhi kebutuhan minimum pangan bagi seluruh warganya.

Pada umumnya keluarga di pinggiran kota sering hidup ditempat yang sempit tanpa tanah yang dapat ditanami apalagi digunakan untuk memelihara hewan. Sebaliknya dipedesaan, justru banyak ruang kosong tak terpakai disekitar rumah. Lahan tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk membangun sebuah sistem usaha berskala kecil yang selaras dengan sumber daya yang ada tetapi dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka, minimal pangan.

Beternak puyuh petelur merupakan jawaban untuk dua kondisi diatas. Puyuh mulai terkenal untuk diternakan karen dapat dilakukan dimana saja. tidak membutuhkan tanah yang luas, dapat diternakan dilokasi yang sempit dan terbatas. Modal relatif tidak perlu besar, tergantung skala usahanya. Dapat dikerjakan oleh siapa saja, muda maupun tua. Dalam skala lebih besar, beternak puyuh dapat menjadi sumber penghasilan tambahan, bahkan penghasilan pokok. Bibit mudah diperoleh dan mudah dikembangbiakan.

Monday, June 21, 2010

Budidaya Burung Puyuh


BUDIDAYA BURUNG PUYUH

1. SEJARAH SINGKAT

Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN

Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
3. J E N I S

kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT

1) Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
2) Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
3) Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
2) Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
3) Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
4) Bukan merupakan daerah sering banjir
5) Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perkandangan
    Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

    Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

    Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:

    a. Kandang untuk induk pembibitan
    Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
    b. Kandang untuk induk petelur
    Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
    c. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
    Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
    Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
    d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
    Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.


  2. Peralatan
    Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
6.2. Peyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
6.3. Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
  2. Pengontrolan Penyakit
    Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
  3. Pemberian Pakan
    Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.
  4. Pemberian Vaksinasi dan Obat
    Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit
1. Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan
mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
6. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
8.2. Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
9. PASCA PANEN

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

1) Investasi

a. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m
(1 jalur + tempat makan dan minum)

Rp. 2.320.000,-
b. kandang besar Rp. 1.450.000,-


2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)

a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
c. Pakan (selama 60 hari)
Jumlah biaya produksi
Keadaan puyuh:
-
Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)
-
Resiko mati 5%, sisa 1900
-
Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
-
Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan
-
Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan

Minus

Rp. 2.981.200,-
Rp. 4.722.200,-




Rp. 4.408.000,-

Rp. -314.200,-


3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)

- 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
- Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-
- Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-

Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-

Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-


Keadaan puyuh:

- Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir
- Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
- Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
- Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
- Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

4) Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-


5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)

a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-


6) Pendapatan

a. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-


7) Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-


Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
11. DAFTAR PUSTAKA

1. Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Udayana.
2. Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
4. Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id



Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Saturday, June 19, 2010

BETERNAK PUYUH: 3 Unsur Produksi Wajib Dipahami

SEBELUM usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami tiga unsur produksi, yaitu manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan), dan feeding (makanan ternak/pakan).

Selanjutnya, peternak harus menyiapkan kandangan. Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20--25 derajat Celsius; kelembapan kandang berkisar 30%--80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25--40 watt. Sedangkan malam hari 40--60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan).

Model kandang puyuh ada dua macam yang biasa diterapkan, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 meter persegi dapat diisi 90--100 ekor anak puyuh. Selanjutnya, menjadi 60 ekor per meter persegi untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor per meter persegi sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budi daya burung puyuh adalah kandang untuk pembibitan. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 meter persegi.

Kandang untuk induk petelur, kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

Kandang untuk anak puyuh atau umur starter (kandang indukan), kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter. Yaitu, mulai umur satu hari--tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan.

Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya, ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. Satu kandang cukup memuat 90--100 ekor anak puyuh.

Kandang untuk puyuh umur grower (3--6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu), bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

Setelah kandang siap, maka hal yang harus disiapkan adalah perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur, dan tempat obat-obatan.

Yang perlu diperhatikan peternak sebelum memulai usahanya adalah memahami tiga unsur produksi usaha perternakan, yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum), dan pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ada tiga macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.

Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur apkir. Dan, untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.



Sumber:
http://www.mustang89.com

Friday, June 18, 2010

Budidaya Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Penulis:

Desty Apritya, SKH

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya


“Kami menurunkan kepadamu mann dan salwa (mann ialah sejenis madu sedangkan salwa ialah sejenis burung puyuh) makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu” (Q.S Al-Baqarah ;57)


Telah berabad-abad yang lalu sejak Al-Quran diturunkan telah dinyatakan bahwa burung puyuh merupakan sumber pangan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi.

Kini bisnis burung puyuh semakin digemari masyarakat. karena pemeliharaan yang mudah,sederhana dan omset yang dihasilkan cukup besar.

Burung puyuh atau biasa dikenal dengan nama “gemak” (bahasa jawa) bernama latin Coturnix coturnix japonica termasuk dalam famili Phasianidae . Burung Puyuh memiliki sayap namun tidak pandai terbang seperti burung pada umumnya.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan.


Pemeliharaan burung puyuh dilakukan mulai umur 1 hari sampai 18 bulan. Saat berumur 1 hingga 30 hari pemeliharaan dilakukan pada kandang postal atau litter, hari berikutnya dipindahkan pada kandang batere. Dalamsistem perkandangan yang perludiperhatikanadalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 ºC; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

Puyuh mulai berproduksi pada umur 38 hari. Puncak produksi dapat berlangsung selama 4 bulan mulai bulan ke 4, 5, 6 dan 7. Puncak produksi dapat mencapai hingga 90% Biasanya puyuh berproduksi mulai pukul 15.00 sampai 22.00. Uniknya dari pemeliharaan puyuh ini, dalam satu kandang dengan populasi 2000 ekor diberi pejantan kurang lebih 5 ekor, tujuannya sebagai penyemangat betina supaya bertelur terus. Komunikasinya bisa didengar dengan suara mereka yang sahut menyahut.


Program vaksinasi yang biasa diberikan yaitu ND Lasota atau NDIB (Newcastle Disease, Infectious Bronchitis) pada hari ke-9 dan AI (Avian Influensa atau Flu burung) pada hari ke-30. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pellet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil mematuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.


Penyakit yang biasa menyerang burung puyuh antara lain :


1. Radang usus (Quail enteritis)

Penyebab: Clostridium colinum, bakteri anaerobic yang membentuk spora dan menyerang usus bawah dan sekum, sehingga dapat menimbulkan keradangan

Gejala : puyuh tampak lesu, nafsu makan menurun, bulu kelihatan kusam, diare encer

Penularan : Melalui pakan dan minum yang terkontaminasi feses

Pengendalian : memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisahkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi. Menjaga kebersihan kandang dan mengupayakan populasi tidak terlalu padat

Pencegahan: Basitrasin 0,005% - 0,01 % dlm pakan / air minum
Pengobatan :
Melalui pakan / air minum dengan mencampur basitrasin, klortetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, ampisilin, tilosin dan linkomisin.
Dosis Basitrasin : 100 g /ton makanan


2. Prolaps (dobolen)

Penyebab: terlalu banyak pemberian vitamin dan mineral untuk telur, sehingga bentuk telur terlalu besar, pada saat mengeluarkan saluran telur juga ikut keluar (dobol)

Gejala : : telur terlalu besar, pada saat mengeluarkan saluran telur juga ikut keluar (dobol) sehingga menimbulkan kematian

Pencegahan: Pemberian tambahan mineral secukupnya tidak berlebihan

3. Newcastle Disease (ND) atau tetelo

Penyebab: virus golongan paramyxo

Gejala : : puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulai, feses encer kehijauan,.tortikolis (kepala memutar-mutar tidak menentu)

Pencegahan: Vaksinasi pada umur 9 hari

Penularan : Melalui pakan dan minum, udara serta peralatan kandang yang kurang bersih

Pengendalian : Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, ayam yang mati segera dibakar/dibuang (jangan dibuang di sungai), pisahkan ayam yang sakit

Pengobatan: tidak ada obatnya, namun untuk mencegah infeksi sekunder bakteri dapat diberikan Ampicilin, colistin,Enrofloxasin. Dan untuk meningkatkan kondisi diberikan vitamin.


4. Pullorum (berak putih)

Penyebab: bakteri Salmonella pullorum

Gejala : : kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengkerut dan sayap lemah menggantung. Berak putih, Pertumbuhan lamban, Sayap menggantung atau turun, Nafas ter engah-2, Arthritis, produksi telur turun, nafsu makan turun, diare putih ,apabila sembuh dapat menjadi karier, kotoran mengotori kloaka

Pencegahan: Menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang yang digunakan

Penularan : Melalui pakan dan minum, serta peralatan kandang yang kurang bersih

Pengobatan: Ampicilin, colistin,Enrofloxasin. Dan untuk meningkatkan kondisi diberikan vitamin.


5. Koksidiosis (berak darah)

Penyebab: parasit protozoa, Eimeria sp

Gejala : timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah

Pencegahan: Menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang yang digunakan, memisahkan puyuh yang terinfeksi

Penularan : kontaminasi feses pada peralatan kandang yang kurang bersih, sehingga ookista yang terdapat feses puyuh penderita termakan oleh puyuh sehat.

Pengobatan: Sulfaquinoxaline, amprolium, diclazuril


6. Fowl Pox (cacar unggas)

Penyebab: virus poxvirus

Gejala : : feses berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam, anemia nampak pada pial pucat

Pencegahan: Memisahkan puyuh yang terinfeksi dan menjaga kebersihan kandang

Penularan : kontaminasi pakan, minum serta udara

Pengobatan: tidak ada obatnya, namun untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik ampicilin, colistin, tetracyclin. Dapat dioleskan neomycin pada luka setelah bungkul cacar terkelupas.


7. Quail Bronchitis

Penyebab: virus adenoviruss

Gejala : : puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir.

Pencegahan: Memisahkan puyuh yang terinfeksi dan menjaga kebersihan kandang

Penularan : sirkulasi udara yang tidak baik atau kandang terlalu padat

Pengobatan: enrofloxasin


8. Aspergillosis

Penyebab: jamur Aspergillus fumigatus

Gejala : : Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang..

Pencegahan: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya

Penularan : penyimpanan pakan yang terlalu lama sehingga berjamur, sirkulasi udara yang tidak baik atau kandang terlalu padat

Pengobatan: pemberian vitamin larut lemak (A,D,E,K) untuk mengurangi pengaruh keracunan akibat jamur (aflatoxin)

Untuk menghindari timbulnya penyakit kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan secara rutin. Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau petunjuk dari Poultry Shop.






















Gambar 2. Burung puyuh dalam kandang batere























Gambar 3. Salah satu kandang peternakan burung puyuh di daerah Tumpang, Talun, Blitar


Read more: http://centralunggas.blogspot.com/2010/01/budidaya-burung-puyuh-coturnix-coturnix.html#ixzz0rBXvAolz

Thursday, June 17, 2010

Syarat-syarat Budidaya Burung Puyuh Petelur

Syarat-syarat dalam memelihara burung puyuh ini bukan merupakan syarat teknis. Namun tidak apa-apa lah sekedar untuk mengetahui. Sebab syarat-syarat non teknis ini hanya rekaan penulis yang jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah apakah ada hubungan antara syarat-syarat ini dengan maju mundurnya usaha budidaya puyuh petelur.

Bagi yang berkeinginan terjun dalam usaha budidaya burung puyuh petelur, sebaiknya memperhatikan syarat-syarat berikut:

Syarat pertama adalah kasih sayang.
Bagaimanapun mereka tetap hewan. Secara logika burung-burung puyuh itu tidak akan mengerti biarpun kita bilang beribu-ribu kata sayang. Apakah sayang itu berbentuk selalu mengelus-elus mereka atau ikut tidur di dalam kandang ?
Bukan sayang seperti itu yang mereka inginkan. Tapi rasa sayang yang diwujudkan dengan memberi perhatian.
Tak kenal maka tak sayang, benar juga untuk diterapkan dalam budidaya beternak burung puyuh. Mengenal apa saja yang burung puyuh butuhkan, kemudian memberi perhatian. Di sini lah ada semacam ikatan batin antara kita dan burung puyuh; bahwa mereka bukan sekedar mesin pencetak uang.

Syarat kedua adalah adalah disiplin.
Seperti halnya beternak ayam pedaging, apabila terlambat memberi pakan biasanya bobot akan menyusut. Demikian juga dengan burung puyuh petelur, terlalu lama terlambat memberi pakan dan minum berarti siap-siap saja akan berkurang jumlah telur yang dikeluarkan.

Syarat ketiga adalah teliti dan cermat.
Ini penting. Dalam satu tingkat kandang ada 100 ekor. Bisa dibayangkan bagaimana mereka berdesak-desakan. Maka ketelitian memeriksa dan mengawasi sangat diperlukan. Adakah yang bertingkah aneh-aneh atau yang kelihatan pucat, lesu, tembolok kosong, atau kepalanya menunduk-nunduk dan muter-muter. Maka sempatkan untuk meneliti kondisi mereka. Dan keluarkan dari dalam kandang apabila ada yang tidak beres atau yang sudah mati.

Syarat keempat adalah jangan terlalu pelupa.
Terutama dalam memberi makan dan minum. Jangan ada yang terlewatkan. Sepele tapi bisa fatal akibatnya.

Syarat ke lima adalah ketekunan.
Saat burung puyuh dalam kondisi baik produksinya tentu kita akan senang dan semangat. Itu juga harus diterapkan apabila datang suatu masa produksi burung puyuh sedang tidak baik. Harus tetap senang.

Syarat keenam adalah menjaga kebersihan dan kenyamanan.
Jangan biarkan begitu banyak orang begitu saja masuk dan berlalu lalang di dalam kandang. Apalagi kalau tidak ada keperluan. Jaga juga untuk menutup mulut saat bersin (apalagi kalau kita lagi flu). Meludah sembarangan sebaiknya tidak di dalam kandang. Barangkali tidak ada pengaruhnya untuk kondisi burung-burung puyuh, tapi tidak ada salahnya toh untuk berhati-hati

Sumber:
http://ariefmas.wordpress.com