Friday, June 18, 2010

Budidaya Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Penulis:

Desty Apritya, SKH

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya


“Kami menurunkan kepadamu mann dan salwa (mann ialah sejenis madu sedangkan salwa ialah sejenis burung puyuh) makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu” (Q.S Al-Baqarah ;57)


Telah berabad-abad yang lalu sejak Al-Quran diturunkan telah dinyatakan bahwa burung puyuh merupakan sumber pangan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi.

Kini bisnis burung puyuh semakin digemari masyarakat. karena pemeliharaan yang mudah,sederhana dan omset yang dihasilkan cukup besar.

Burung puyuh atau biasa dikenal dengan nama “gemak” (bahasa jawa) bernama latin Coturnix coturnix japonica termasuk dalam famili Phasianidae . Burung Puyuh memiliki sayap namun tidak pandai terbang seperti burung pada umumnya.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan.


Pemeliharaan burung puyuh dilakukan mulai umur 1 hari sampai 18 bulan. Saat berumur 1 hingga 30 hari pemeliharaan dilakukan pada kandang postal atau litter, hari berikutnya dipindahkan pada kandang batere. Dalamsistem perkandangan yang perludiperhatikanadalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 ºC; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

Puyuh mulai berproduksi pada umur 38 hari. Puncak produksi dapat berlangsung selama 4 bulan mulai bulan ke 4, 5, 6 dan 7. Puncak produksi dapat mencapai hingga 90% Biasanya puyuh berproduksi mulai pukul 15.00 sampai 22.00. Uniknya dari pemeliharaan puyuh ini, dalam satu kandang dengan populasi 2000 ekor diberi pejantan kurang lebih 5 ekor, tujuannya sebagai penyemangat betina supaya bertelur terus. Komunikasinya bisa didengar dengan suara mereka yang sahut menyahut.


Program vaksinasi yang biasa diberikan yaitu ND Lasota atau NDIB (Newcastle Disease, Infectious Bronchitis) pada hari ke-9 dan AI (Avian Influensa atau Flu burung) pada hari ke-30. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pellet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil mematuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.


Penyakit yang biasa menyerang burung puyuh antara lain :


1. Radang usus (Quail enteritis)

Penyebab: Clostridium colinum, bakteri anaerobic yang membentuk spora dan menyerang usus bawah dan sekum, sehingga dapat menimbulkan keradangan

Gejala : puyuh tampak lesu, nafsu makan menurun, bulu kelihatan kusam, diare encer

Penularan : Melalui pakan dan minum yang terkontaminasi feses

Pengendalian : memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisahkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi. Menjaga kebersihan kandang dan mengupayakan populasi tidak terlalu padat

Pencegahan: Basitrasin 0,005% - 0,01 % dlm pakan / air minum
Pengobatan :
Melalui pakan / air minum dengan mencampur basitrasin, klortetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, ampisilin, tilosin dan linkomisin.
Dosis Basitrasin : 100 g /ton makanan


2. Prolaps (dobolen)

Penyebab: terlalu banyak pemberian vitamin dan mineral untuk telur, sehingga bentuk telur terlalu besar, pada saat mengeluarkan saluran telur juga ikut keluar (dobol)

Gejala : : telur terlalu besar, pada saat mengeluarkan saluran telur juga ikut keluar (dobol) sehingga menimbulkan kematian

Pencegahan: Pemberian tambahan mineral secukupnya tidak berlebihan

3. Newcastle Disease (ND) atau tetelo

Penyebab: virus golongan paramyxo

Gejala : : puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulai, feses encer kehijauan,.tortikolis (kepala memutar-mutar tidak menentu)

Pencegahan: Vaksinasi pada umur 9 hari

Penularan : Melalui pakan dan minum, udara serta peralatan kandang yang kurang bersih

Pengendalian : Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, ayam yang mati segera dibakar/dibuang (jangan dibuang di sungai), pisahkan ayam yang sakit

Pengobatan: tidak ada obatnya, namun untuk mencegah infeksi sekunder bakteri dapat diberikan Ampicilin, colistin,Enrofloxasin. Dan untuk meningkatkan kondisi diberikan vitamin.


4. Pullorum (berak putih)

Penyebab: bakteri Salmonella pullorum

Gejala : : kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengkerut dan sayap lemah menggantung. Berak putih, Pertumbuhan lamban, Sayap menggantung atau turun, Nafas ter engah-2, Arthritis, produksi telur turun, nafsu makan turun, diare putih ,apabila sembuh dapat menjadi karier, kotoran mengotori kloaka

Pencegahan: Menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang yang digunakan

Penularan : Melalui pakan dan minum, serta peralatan kandang yang kurang bersih

Pengobatan: Ampicilin, colistin,Enrofloxasin. Dan untuk meningkatkan kondisi diberikan vitamin.


5. Koksidiosis (berak darah)

Penyebab: parasit protozoa, Eimeria sp

Gejala : timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah

Pencegahan: Menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang yang digunakan, memisahkan puyuh yang terinfeksi

Penularan : kontaminasi feses pada peralatan kandang yang kurang bersih, sehingga ookista yang terdapat feses puyuh penderita termakan oleh puyuh sehat.

Pengobatan: Sulfaquinoxaline, amprolium, diclazuril


6. Fowl Pox (cacar unggas)

Penyebab: virus poxvirus

Gejala : : feses berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam, anemia nampak pada pial pucat

Pencegahan: Memisahkan puyuh yang terinfeksi dan menjaga kebersihan kandang

Penularan : kontaminasi pakan, minum serta udara

Pengobatan: tidak ada obatnya, namun untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik ampicilin, colistin, tetracyclin. Dapat dioleskan neomycin pada luka setelah bungkul cacar terkelupas.


7. Quail Bronchitis

Penyebab: virus adenoviruss

Gejala : : puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir.

Pencegahan: Memisahkan puyuh yang terinfeksi dan menjaga kebersihan kandang

Penularan : sirkulasi udara yang tidak baik atau kandang terlalu padat

Pengobatan: enrofloxasin


8. Aspergillosis

Penyebab: jamur Aspergillus fumigatus

Gejala : : Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang..

Pencegahan: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya

Penularan : penyimpanan pakan yang terlalu lama sehingga berjamur, sirkulasi udara yang tidak baik atau kandang terlalu padat

Pengobatan: pemberian vitamin larut lemak (A,D,E,K) untuk mengurangi pengaruh keracunan akibat jamur (aflatoxin)

Untuk menghindari timbulnya penyakit kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan secara rutin. Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau petunjuk dari Poultry Shop.






















Gambar 2. Burung puyuh dalam kandang batere























Gambar 3. Salah satu kandang peternakan burung puyuh di daerah Tumpang, Talun, Blitar


Read more: http://centralunggas.blogspot.com/2010/01/budidaya-burung-puyuh-coturnix-coturnix.html#ixzz0rBXvAolz